Azzam Berhaji

10:06:00 PM Diposting oleh Subhan Afifi

Tahun 2005, tiga tahun lalu, saya sangat ingin berhaji. Terutama setelah 2 orang kakak perempuan saya pergi ke tanah suci. Entah mengapa saya sangat ingin. Keinginan itu terus mengkristal menjadi tekad yang kuat. Dalam bahasa Arab, tekad yang kuat ini disebut Azzam. “Fa idza Azzam fatawakkal ‘Alallah..Jika kamu telah memiliki tekad yang kuat, maka bertawakallah kepada Allah” begitu Firman Allah. Saya sangat terinspirasi

dengan ayat itu. Sampai-sampai anak pertama saya beri nama Azzam.

Begitulah, Azzam untuk berhaji itu saya pelihara terus. Saya menjadi gemar ngobrol tentang haji, membaca buku atau mencari informasi apapun tentang haji. Entah mengapa ada kedamaian dalam semua kegiatan itu. Bahkan, saat jogging atau jalan pagi, saya membayangkan sedang sa’i atau tawaf. Tak terasa sambil jogging pun lantunan talbiyah terucap “labbaik Allhomma labbaik... Aku Datang (InsyaAllah) memenuhi panggilanMu Ya Allah...

Tekad yang kuat harus diiringi usaha yang keras, plus do’a, baru setelah itu boleh bertawakkal. Rumus standar yang nyaris klise dan sering dilupakan. “Ya Allah saya sangat ingin bersimpuh di Rumah..Mu”. Sebagai wujud usaha, segera saya buka tabungan Mabrur,Haji dan Umrah di Bank Syariah Mandiri, 19 September 2005. Setoran awalnya Rp. 500.000. Sambil terus membisikkan do’a dalam hati.. “Ya Allah saya nggak punya apa-apa, saya hanya punya Engkau yang berkuasa atas segalanya. Izinkan lah ya Allah..” begitu seterusnya. Tak terasa tabungan itu terus bertambah. Tak banyak memang,hanya bertambah Rp 100.000 atau Rp. 200.000. Tidak juga rutin setiap bulan. Tapi saya merasa ada getaran ketika saya menyetorkan uang ke kasir bank dengan jumlah yang tak seberapa itu. Begitu seterusnya. Selama 2 tahun lebih saya memelihara “tekad yang kuat” itu dan “berusaha” keras walau seadanya.

Percaya tidak percaya, tahun 2007 lalu saya diizinkan Allah memenuhi panggilanNya. Ya..saya berhaji. Bukan karena tabungan saya mencapai jumlah ONH dalam 2 tahun. Saldo tabungan saya (hingga kini bahkan) berjumlah Rp. 1.645.827,50. Ini bukan cerita sinetron religi televisi swasta kita. Allah berkehendak dengan kekuasaanNya. Saya bisa naik gaji gratis, digaji lagi. Hehe.

Sekitar Agustus 2007, Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Malaysia dan KBRI Kuala Lumpur mengumumkan kesempatan untuk menjadi Tenaga Musim Haji (Temus) yang akan membantu pelaksanaan haji untuk jamaah Indonesia. Setiap tahun Panitia Pelaksana Haji di Arab Saudi merekrut para mahasiswa Indonesia yang sedang belajar di Luar Negeri untuk menjadi Petugas Haji Indonesia. Mahasiswa Indonesia di Malaysia juga dapat jatah, selain di negara-negara Timur Tengah, Afrika, dan negara Asia lainnya. Singkat cerita, saya lolos dalam seleksi Temus PPI Malaysia. Dari sekitar 59 pendaftar, saya terpilih bersama 8 orang rekan. Sebuah keajaiban : Saya yang berlatar belakang ilmu umum, bisa lolos. Rekan-rekan lain yang terpilih, bahkan sebagian besar para pendaftar, adalah mahasiswa S2 dan S3 jurusan Agama Islam (sebagian besar malah S1-nya diselesaikan Timur Tengah, seperti Universitas Al-Azhar Mesir, Universitas Islam Madinah,dan lainnya). Tentu mereka sangat berkompeten untuk menjadi petugas haji. Bahkan ada yang sudah bolak-balik naik haji. Saya ? Subhanallah, belajar manasik haji saja baru kemarin sore. Tapi Allah berkehendak lain.

Ini benar-benar anugrah terindah buat Saya. Hingga saya berangkat dari kost-kostan di Kuala Lumpur menuju bandara KLIA, rasanya saya masih nggak percaya kalau saya akan naik haji. Berbekal tas ransel butut yang saya biasa bawa ke kampus Universiti Malaya, dan koper kecil, saya berangkat. Seorang kawan yang mengantar berkomentar, “koq naik haji seperti mau ke perpustakaan sih.” Benar-benar begitu enteng dan mudah. Alhamdulillah.

Begitulah, penerbangan KL-Dubai-Jeddah, dilanjutkan perjalanan darat Jeddah-Mekah, saat itu, menjadi perjalanan yang paling membahagiakan sepanjang hidup. Hingga akhirnya, saya benar-benar diizinkan bersimpuh di depan Ka’bah, kiblat muslim sedunia itu. Terimakasih Ya Allah. Saya jadi tambah yakin dengan : fa idza azzamta fa tawakkal alallah. Tiada yang tak mungkin, dengan izin Allah. Maka, berniat kuatlah untuk berhaji, atau untuk cita-cita besar apa saja. Apapun kondisinya. Allah akan menunjukkan jalan yang sangat mudah dan indah. Sungguh...! (***Subhan Afifi).


1 komentar:

  1. leo kapisa mengatakan...

    sebelumnya saya haturkan salut dan angkat topi saya untuk bapak.tulisan yang rapi dan tidak berputar dari makna yang diharapkan adalah kelemahan saya dalam membubuhi tulisan.menggunakan kalimat yang terlalu panjang dan cendrung susah dipahami.semua kekurangan itu tidak saya temui ketika saya membaca tulisan bapak"azzam berhaji".
    seperti kepala yang berfikir untuk memilih kata kata yang pas untuk dipasang dibibir.seperti itu juga saya mencoba mengkristalkan tekat saya(maaf mengulang kata kata bapak)untuk belajar menulis sesuatu yang bermanfaat.mohon bimbingannya.leokapisa''