Asyiknya Rafting di Kali Progo

9:19:00 AM Diposting oleh Subhan Afifi



Mengajar, membimbing skripsi, melayani konsultasi mahasiswa, penelitian, bikin program pengabdian masyarakat, ini tugas-tugas yang harus dilakukan dosen. Lumayan menguras energi dan pikiran. Teman-teman yang jadi tenaga administrasi di perguruan tinggi, juga punya tugas yang nggak ringan dan terus menerus, bagai tak berakhir. Sebuah rutinitas yang terkadang menjemukan.


Beruntung, pengurus jurusan Ilmu Komunikasi FISIP UPN ”Veteran” Yogyakarta menyadari itu. Di bawah komando Ketua Jurusan, Basuki, M.Si, dan Sekretaris Jurusan, Agung Prabowo, M.Si, jurusan mengadakan acara refreshing buat keluarga besar komunikasi UPN, 24-25 April 2009. Kali ini tujuannya ke Magelang, tepatnya di hotel Puri Asri Magelang. Menginap semalam, makan-makan, ngobrol-ngobrol santai, melupakan rutinas kampus. Esoknya diisi dengan outbond dengan permainan yang lucu-lucu plus flying fox-nya. Selain itu, tentu saja pengalaman yang benar-benar baru buat kami semua : rafting. Menjajal jeram kali progo yang mengasyikkan. Saya jadi ingat masa lalu ketika suka bermain di sungai dengan gedebok pisang. Hehe.

Lumayan asyik dan benar-benar sueegerrr...Apalagi ketika melompat dari perahu karet, byurrr.. membiarkan diri hanyut diseret arus kali progo yang bersahabat. Semua tertawa lepas. Masa kecil bener-bener kurang bahagia. Mau lagi dong...!




Akhir Kontestasi yang Melelahkan itu..

10:46:00 AM Diposting oleh Subhan Afifi

Pemberitaan media tentang para caleg stres yang akan memenuhi RSJ di berbagai kota karena gagal meraih impian, tak urung menggusarkan saya. Media terlalu kejam ”menyudutkan” para caleg, dan gegabah melakukan generalisasi.


Seorang Abang saya ikut bertarung melalui partai kecil untuk menjadi anggota legislatif sebuah kabupaten. Awalnya, ia tak pernah tertarik dan buta sama sekali dengan dunia politik. Profesinya murni wiraswasta. Hanya saja, kiprahnya di tengah masyarakatnya sangat nyata. Ia dikenal sebagai warga biasa tapi ditokohkan oleh sekitarnya, kerena ringan membantu dan menjadi rujukan berbagai persoalan. Ketika seorang pengurus partai baru datang ke wilayah itu untuk membuka Dewan Pengurus Cabang, warga sepakat merekomendasikan namanya. Sebagai pebisnis tulen, si Abang melihatnya sebagai tantangan, mungkin juga peluang. Sekaligus wahana untuk memperjuangkan idialisme. Sesuatu yang nyaris menjadi klise. Setelah pikir-pikir dan rembugan, resmilah ia menjadi ketua DPC partai itu. Maka, mulailah pekerjaan yang melelahkan dan menghabiskan uang itu. Bergerilya mencari simpatisan, menggerakkan tim sukses, konsolidasi partai, kampanye, hingga mengawasi pengikut agar tak dicaplok partai dan caleg lain, jelas-jelas melelahkan. Tapi, ia menikmatinya. ”Tak usah khawatir,” katanya suatu saat. Sebagai tokoh di masyarakatnya, tak sulit ia mendapatkan simpatisan. Hitung-hitungan di atas kertas tim suksesnya, Si Abang berkumis tebal ini, akan lolos jadi anggota legislatif di kabupatennya.

Hingga akhirnya, pesta itu benar-benar usai. Saatnya ”tamu pulang” dan ”cuci piring”. Di 3 TPS sekitar tempat tinggalnya, Ia menang telak. Tapi di TPS-TPS lain di daerah pemilihan yang telah digarap sekitar 6 bulan, dan telah berkomitmen mendukung dirinya, contrengan untuknya tak terlihat. Hanya beberapa. Suara dari orang-orang yang menurutnya sangat dekat juga raib entah kemana. ”Pendukung kami dilibas politik uang,” katanya ringan. Ketokohannya di Dapil itu memang menjadi perhatian dan target untuk ”dibereskan” oleh para pesaingnya. Ia yang hanya mengandalkan kedekatannya dengan masyarakat, dan tak ingin ber-money politic, walaupun mengaku habis ratusan juta rupiah untuk berbagai kegiatan kampanye dan konsolidasi, tak ayal harus merasakan pahitnya hasil kontestasi yang tak adil. Caleg yang tidak berkeringat, tak punya modal sosial di masyarakat, tapi punya uang, dan gencar melancarkan serangan fajar, siang, sore atau malam, akhirnya muncul jadi pemenang.

Ketika saya mengunjunginya beberapa minggu setelah Pemilu, Ia terlihat enteng-enteng saja. Hanya matanya yang merah dan berair. Tentu tak ada kaitannya dengan hasil Pemilu. Ini murni sakit mata alias ”belekan”. Yang pasti, tak ada yang harus di bawa ke RSJ. (***Subhan Afifi)