Optimisme dari Soni

10:43:00 AM Diposting oleh Subhan Afifi

Ini bukan merek produk elektronik atau pakaian dalam pria. Huruf akhirnya saja "i" bukan "y". Tapi nama sebuah daerah di Dampal Selatan, Toli-Toli, Sulawesi Tengah. Saya tak pernah mengenal nama itu, hingga saat saya diundang menjadi salah satu pembicara dalam workshop nasional kepala sekolah Hidayatullah, di Balikpapan, 13-15 Maret lalu. Saat itu saya diminta memberikan materi tentang "Komunikasi Organisasi" dan "Strategi Public Relations Sekolah"


Saya mengenal nama "Soni", dan terkesan dengannya, setelah berjumpa dengan seorang peserta workshop itu. Ismaiel Ali, namanya. Ia ayah 4 orang anak, dan punya jabatan "mentereng" : Kepala Sekolah Sekolah Integral Hidayatullah Soni. Jangan buru-buru membayangkan menjadi kepala sekolah di daerah itu, sama dengan menjadi kepala sekolah di Jogja, atau kota-kota besar di negeri ini. Fasilitas lengkap, gaji lumyan, bekerja dengan anak buah yang mencukupi, tinggal suruh sana-suruh sini. Apa yang dihadapi Ismaiel justeru sebaliknya. Penuh perjuangan dan keterbatasan, tapi ia tetap saja tersenyum. Tak terlihat beban di wajahnya.

Lulusan pesantren Hidayatullah Gunungtembak, Balikpapan dan Sekolah Tinggi Agama Islam Hidayatullah ini bercerita tentang sekolah yang ia pimpin. Sekolah yang di rintis dari sebuah untuk lepas kondisi yang penuh keprihatinan. Fasilitas yang sangat minim, masyarakat sekitar tergolong miskin, listrik pun masih sering "byar-pet". Apapun, Ia tetap optimis. "Dari Allah saja yang pasti," katanya tentang prinsip hidupnya. "Jika kita berharap ke yang lain, kita akan kecewa," tambahnya. Baru sekitar 6 bulan ini ia ditugaskan untuk mengembangkan pendidikan di Soni. Sebagai kader Hidayatullah, ia memang siap setiap saat untuk diterjunkan ke daerah manapun untuk mengembangkan pendidikan. Hidayatullah memang dikenal sebagai organisasi massa Islam yang memberikan perhatian pada pengembangan pendidikan dengan visi "Membangun Peradaban Islam".

Sebelum bertugas di Soni, Ismael adalah Kepala Sekolah Hidayatullah di Toli-Toli, daerah yang lebih maju, dengan kondisi yang lebih baik. Ia pernah juga bertugas di Bontang dan beberapa daerah lain bumi Papua. Kenapa ia tidak protes ditugaskan di daerah minus, dan tidak memilih tempat yang lebih mapan. " karena tugas memanggil, yang laksanakan," katanya. "lagipula kalau daerah seperti Bontang yang kaya, banyak orang berminat, fasilitas sudah ada, di sini lebih menantang" ujarnya lagi. Ia ingin total untuk mengabdi, memajukan pendidikan anak negeri, seberapun sulit dan terbatasnya medan yang harus dihadapi. Baginya, "Pendidikan adalah jihad fi sabilillah", "pendidikan adalah amal jariyah", "pendidikan sebagai investasi utama pembangunan peradaban". Persis seperti tulisan besar yang terpampang sebagai latar acara workshop itu. Ah, saya jadi malu sama Ismaiel. Rasanya, saya belum berbuat apa-apa. (***Subhan Afifi)

2 komentar:

  1. al_amin mengatakan...

    Bismillahirrahmanirrohim : saat kalimat ini diucapkan dan benar - benar dihayati dan dirasakan dengan seluruh potensi diri, maka sebenarnya cukuplah bekal bagi manusia untuk melangkah dan tak ada alasan baginya mengeluh atau tidak yakin dengan Kuasa Allah atas segala sesuatu. Iman = keyakinan itu tidak cukup diyakini semata, ia harus DIBUKTIKAN, barulah manusia akan tau apa sebenarnya iman itu.
    Bang Ismaiel Ali, teruslah melangkah dengan atas nama-NYA... tak ada penghalang yang tak tersingkirkan apabila Allah menjadi satu - satunya sandaran dan pegangan kita. Soni, Toli - toli, matahari itu akan cemerlang menyinari mutiara - mutiara pilihan pembawa perubahan menuju peradaban Islam. from your brother " Basori ".

  2. Abu Mufid mengatakan...

    Subhanallah, masih ada hamba Allah ikhlash lillah seperti Pak Ismaiel di zaman ini. Dan semoga semakin banyak da'i-da'i seperti beliau, yg sabar, berani kurban, berkurang harta dan dirinya, rekoso, mujahadah, disaat juga makin banyak bermunculan da'i-da'i "selebritis". Kita ingat firman Allah : "Sungguh hanyalah kami memberi makan kepada kalian untuk mencari wajah Allah, tidaklah kami harapkan balasan dari kalian dan tidak pula ucapan terima kasih" (QS. Al-Insan : 9).
    Monggo mampir di blog saya juga pak : www.didiksurya.blogspot.com