Melongok Pemilu Mahasiswa di Negeri Jiran

11:24:00 AM Diposting oleh Subhan Afifi

Bulan Januari ini, mahasiswa tingkat undergraduate (S1) di beberapa universitas di Malaysia sedang punya gawe memilih wakil-wakil mereka yang akan duduk di lembaga kemahasiswaan. Di Universiti Malaya, tempat saya belajar, geliatnya cukup terlihat, walau terasa sangat ademi ayem. Di beberapa tempat memang terpasang spanduk dan poster para kandidat. Tidak seperti yang biasa tampak di universitas-universitas di Indonesia ketika menggelar Pemilu mahasiswa, spanduk dan poster yang tertempel di kampus-kampus Malaysia cenderung rapi dan seragam. Tak ada foto kandidat dalam pose yang menarik dan kreatif. Yang ada hanya gambar gaya pas foto yang sangat formal, lengkap dengan dasi dan jas almamater. Tak ada juga variasi slogan-slogan yang memikat calon pemilih.


Aktif di lembaga kemahasiswaan merupakan salah satu jalan mulus bagi mahasiswa Malaysia untuk terjun ke dunia politik, sekaligus ikut berkontribusi pada arah kebijakan kampus. Para pemimpin organisasi kemahasiswaan atau para aktivis kampus biasanya punya jalur khusus menjadi penggiat politik di masa depan. Entah ada hubungannya atau tidak, pemilu (disebut pilihanraya) mahasiswa di Universiti Malaya, tahun ini sangat kental dengan pertarungan politik yang sesungguhnya. Para mahasiswa, seolah tak ingin kalah dengan para senior di panggung politik yang sesungguhnya. Mereka pun terbelah berdasarkan afiliasi dan pengaruh partai politik yang ada. Ada sekelompok mahasiswa yang ditengarai pro Barisan Nasional (Koalisi partai berkuasa Malaysia yang dipimpin UMNO dan sedang mengalami penurunan pamor). Mereka dikenal dengan sebutan ”Pro Aspirasi”. Pesaingnya adalah kelompok mahasiswa lain lebih dekat dengan kelompok oposisi (di Malaysia disebut pembangkang, diantaranya PAS yang kental dengan keIslamannya). Kelompok ini dikenal dengan sebutan ”Pro Mahasiswa”. Persaingan ”Pro Aspirasi”dan ”Pro Mahasiswa” berlangsung cukup sengit. Cara mereka berpolitik di kampus pun, cukup mencengangkan. Di suatu pagi, pertengahan Januari, masjid di Akademi Pengkajian Islam (semacam Fakultas Agama Islam) Unversiti Malaya, digemparkan oleh kepala babi berbalutkan bendera PAS (Partai Islam se Malaysia) yang diletakkan secara demonstratif di pintu masjid. Tak jelas siapa yang menaruh kepala babi di tempat suci bagi muslim itu. Polisi masih menyelidiki pelakunya dari sidik jari yang tertinggal pada kepala babi. Yang bisa diraba hanya motif politiknya. Ingin membuat panas suasana dan mengadu domba persaingan politik mahasiswa yang pro partai pemerintah dan pendukung partai oposisi. Tetapi seperti biasa, peristiwa besar itu berlalu begitu saja, tanpa ribut-ribut berarti. ”Bagi orang Malaysia, lebih baik mengganti karpet masjid yang telah dikotori, daripada harus memperpanjang masalah,” kata Megah, seorang mahasiswa master universiti Malaya, asal Indonesia, mengomentari peristiwa itu. Tak ada liputan media massa utama tentang kasus itu. Beritanya hanya berseliweran di internet, dan hanya bisa ditemui dalam liputan media alternatif milik partai oposisi, seperti Suara Keadilan, milik Partai Keadilan Rakyat. Pihak kampus pun segera meredam peristiwa itu, dan dianggap tak pernah ada. Belakangan, kelompok ”Pro Mahasiswa” akhirnya dinyatakan memenangkan pilihanraya, menumbangkan hegemoni ”Pro Aspirasi” yang selama ini menguasai politik kampus. Hasil pemilu itu menjadi cermin aspirasi politik mahasiswa yang ingin perubahan.

Begitulah, walaupun tampak adem ayem, mahasiswa Malaysia sedang bergejolak dengan caranya sendiri. Partai politik dengan kepentingannya pada kekuasaan dengan leluasa mempengaruhi mahasiswa yang seharusnya bersih dan netral. Tampaknya, hal yang sama tak terjadi di kampus-kampus kita di Indonesia. Atau saya salah menilai? Apalagi Pemilu 2009 tinggal menghitung hari. Apakah partai politik benar-benar tidak menjamah kampus-kampus kita? Lama saya tak mengamati dinamika organisasi kemahasiswaan kita. Mungkin ada mahasiswa yang ingin berbagi cerita, berdasar laporan pandangan mata ? (***Subhan Afifi)

1 komentar:

  1. Anonim mengatakan...

    wah kebetulan Pak, di kampus saya sedang masa2 pemilu mahasiswa