Kun Fa Yakun di Kuala Lumpur

3:00:00 PM Diposting oleh Subhan Afifi

May Day lalu, saya beruntung berkesempatan ikut pengajiannya Ustadz Yusuf Mansur di KBRI Kuala Lumpur. Seperti biasanya, seperti yang kita lihat di layar televisi, Ustadz muda itu membawakan tema kekuatan sedekah. Yang membuat saya terkesan, adalah matematika sedekah yang ditawarkannya untuk menjadi solusi apapun masalah yang kita hadapi. Mulai dari kekurangan uang, terlilit hutang, sakit, ingin melanjutkan sekolah, tidak dikaruniai anak, hingga belum kunjung ketemu jodoh. Apapun!

Ustadz Yusuf Mansur tidak sekedar sedang berteori, tapi bercerita dari pengalaman nyata. Ia sendiri pernah terlilit hutang Rp. 1,4 Milyar, dan mampu diselesaikan dalam waktu 3 tahun. Demikian juga dengan testimoni para pendengar pengajiannya di berbagai kota. Inti dari matematika sedekah itu adalah : tidak akan berkurang harta yang kita sedekahkan, bahkan bertambah. Jika kita punya uang Rp.110.000, kita sedekahkan Rp.10.000 maka sisa uang itu bukan menjadi Rp.100.000, tetapi menjadi Rp 200.000. Ini karena Rp.10.000 yang disedekahkan itu akan dikembalikan Allah menjadi 10 x lipatnya (=Rp.100.000). Maka dengan rumus yang sama, jika uang Rp110.000 itu disedekahkan Rp.100.000, bukan bersisa Rp.10.000, tetapi menjadi Rp.1.010.000. Lagi-lagi karena, yang Rp100.000 itu dikalikan 10. Seorang mahasiswa yang diminta maju ke depan saat pengajian itu, dan hanya membawa uang RM 22, memilih untuk memberikan sedekah RM20, bukan RM2, karena menurut hitung-hitungan matematika sedekah, uangnya akan berlipat menjadi RM202.

Jadi, kata Ustadz, “kalau mau sedekah dan ingin masalah teratasi jangan tunggu uang sisa, karena pasti uang kita nggak bakalan ada sisanya.” Kalau ingin dapat rezeki besar bersedekahlah. Ingin motor atau mobil baru, bukan dengan mengajukan kredit, tapi bersedekahlah 10 %-nya dari total harganya, maka dengan izin Allah, rezeki itu akan datang. Punya utang tak lunas-lunas, sedekahkan 10 % dari total utang. Buat yang sedang nyari jodoh, Ustadz menyarankan untuk “menghitung” kira-kira suami yang diidam-idamkan bergaji berapa sebulan, kalikan 12 (setahun), tambahkan dengan biaya pernikahan dan lain-lain. Dan bersedekahlah 10 % dari totalnya, InsyaAllah suami dambaan segera datang. Mau naik haji cepat, infakkan 10 % dari Ongkos Naik Haji. Ringkasnya, masalah apapun InsyaAllah akan teratasi dengan rumus itu. Tentu saja semuanya harus dengan keyakinan.

Subhanallah, saya kagum dengan cara Ustadz itu menginspirasi dan menggerakkan banyak orang. Para jamaahpun ramai-ramai meletakkan uang sedekah di sorban yang digelar Ustadz, dan menulis komitmen jumlah Rp yang akan disumbangkan untuk program PROGRAM PEMBIBITAN PENGHAFAL ALQUR'AN - DAARUL QUR'AN, di Pondok pesantren Wisata Hati yang dipimpinnya.

Saya pun pulang dengan semangat baru. Hanya saja, saya masih bertanya-tanya, apakah sedekah yang kita berikan hanya didorong oleh hitung-hitungan matematis, “berapa” yang akan kembali lagi ke kita? Bagaimana kita menjaga keikhlasan? Di akhir pengajian, memang Ustadz menyampaikan bahwa apa yang dijelaskannya masih “Gigi Satu” : bersedekah karena ingin menyelesaikan masalah. Di tahap berikutnya, ada sedekah yang didorong karena syukur kepada Allah, karena cinta kepada Allah. Mungkin itu jawabannya. Alhamdulillah saya mendapat pencerahan hari itu.(***Subhan Afifi)

11 komentar:

  1. Anonim mengatakan...

    Salam

    Tahniah di atas telah adanya lapangan untuk berkongsi akal fikir dan akal rasa khususnya di dalam ehwal 'future studies'

    Diharapkan asa kita untuk membina jambatan pengajian future studies di antara dua tanah yang terpisah oleh satu selat ini akan berjaya

    Tahniah!

  2. Anonim mengatakan...

    itu betul bagi yang keimanan dan tingkat keyakinan seseorang akan janji-janji-Nya, bagaimanapun kita sebagai orang Islam bersedekah di sini sebagaimana kita dengar saya tak pasti apa hadis itu atau nasehat ulama, mengatakan sedekah itu diutamakan kepada keluarga yang paling dekat. jadi dengan bersedekah ke kekeluarga sendiri artinya manfaatnya kepada se pemberi sedekah sendiri.wasssalam

  3. Anonim mengatakan...

    Aq udah hampir 1 thn ini mencoba mengikuti jejak Yusuf Mansyur, tp sering gagalnya. Misal ada uang di kantong pecahan 50rb dan seribu, pasti yg disedekahin seribunya. Uang seribu koq mau masuk surga . . . Utk beli gorengan di Jakarta aja cuma dpt 1 biji. Ada 1 testimonial dari saya, waktu ibu saya sakit jantung dan mau dioperasi, saya coba mencari orang yg sakit dan membutuhkan biaya.
    Alhamdulillah, Ibuku gak perlu operasi dan orang tersebut jg sehat.

  4. Anonim mengatakan...

    Alhamdulillah. Mungkin gak gagal Mas Arif, tapi di
    balas dengan jalan yang lain. Tidak selalu harus
    berbentuk materi kan...

    Alhamdulillah juga ibu Mas Arif sehat wal afiat.
    Beruntunglah, bagi yang masih punya ibu.. ladang untuk
    berbakti dan masuk surga. (Hiks-hiks, ibu saya wafat
    ketika saya sedang haji. Rasanya saya belum berbuat
    apa2 untuk berbakti pada ibu saya).

  5. Anonim mengatakan...

    Maksud sy gagal di sini adalah bukan pada timbal baliknya, bos.
    Tp aq kl mau sedekah masih cari pecahan yg terkecil di dompet..., kadang malah cuma ngomong "lain waktu aja Pak/Bu".
    Seperti kt Bayu Gawtama, dgn apa yg kita lakukan sehari2 "Apa pantas berharap surga"
    Maaf Om Subhan, baru tahu kl Ibunya baru aja meninggal. Semoga Gusti Allah memberikan balasan surga baginya.
    Kita semua jg lagi ngantri mati, nih . . . Semoga bekal kita cukup saat maut menjelang.

  6. Anonim mengatakan...

    Ooo begitu to maksudnya. Sorry rada telmi.. kalau gitu ya dicoba lagi, supaya yang diberi jangan cuma yang receh. Saya juga sama koq mas Arief. Semoga kita jadi lebih baik.

    Terimakasih do'anya.

  7. Anonim mengatakan...

    assalamu 'alaikum ww...



    subhanallah, ternyata ada duplikat ust yusuf manshur di UM.. hehehe.. terima kasih sekali ne pak haji telah mengingatkan kembali akan hakikat sedekah pembawa berkah, ternyata antum cepat tanggap juga dalam hal ini.



    mari saling mendoakan moga yang kita sedekahkan di jalan-Nya bernilai ibadah untuk menuai berkah dunia akhirat..



    jazakaumullah khairan..



    salam dari:

    bang s. hasibuan

  8. Subhan Afifi mengatakan...

    Terimakasih Ustadz yang katanya dari Jawa, tapi koq ada Hasibuannya,hehe. Kapan bulutangkis lagi? and gimana rencana bisnisnya? Semoga Allah selalu meridhoi..

    Wassalam

  9. Subhan Afifi mengatakan...

    Terimakasih untuk Dr Abu dan Mas Hidayat yang sudi mampir dan kasih komentar. Semoga blog ini jadi wadah silaturrahmi dan ibadah kita, untuk kehidupan yang abadi kelak, di surga.

  10. arju mengatakan...

    Ass.
    Ehmmm... okey juga tu pak rumus matematicnya, tapi jujur meskipun karya bapak ini membuat saya tertawa tapi saya akui juga ustadz itu pinter dalam mengapresiasikan rumus matematic ke dalam ilmu agama. ya meskipun saya sendiri sebagai guru ngaji di masjid kampung saya belum pernah mendengar penceramah mengatakan hal yang demikian. Tapi it`s ok lah... tambahan ilmu buat saya
    Makasih atas ceritanya `n ditunggu cerita selanjutnya

  11. mishbah@jalanikhtiarmudah mengatakan...

    SUBHANALLAH..
    Memberi merupakan RAHASIA TERBESAR KESUKSESAN!! ini terbukti.Sy sarankan bg pembca blog ini jg mbaca website www.suksestotal.com
    dan sy ada program JALINAN KEBERSAMAAN SALING MEMBERI DAN MENERIMA,Yg merupakan prgram sosial yg insyaAllah akn mjd jalan kesuksesan kita.KIRIM NAMA&ALAMAT LGKP Ke 085793591694 Eamil: misbahulmunir40@yahoo.com
    kita di ajak untk membuktikan RAHASIA TERBESAR DLM MERAIH SUKSES MELALUI MEMBERI.